Rabu, 14 Januari 2015

Korban AirAsia QZ8501 Peserta BPJS akan Dapat Klaim 48 Kali Gaji

Kamis, 08/01/2015 11:51 WIB

Mega Putra Ratya - detikNews

Jokowi menerima BPJS/Setpres
Jakarta - Korban AirAsia QZ8501 yang menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan akan mendapat klaim sebesar 48 kali gaji.

"Terkait AirAsia, mereka yang terdaftar sebagai peserta kami mendapatkan klaim. Kami bayarkan 48 kali upah mereka," ujar Direktur BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G Masassya usai bertemu Presiden Jokowi di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (8/1/2015).

Menurut Elvyn, bila gaji korban Rp 10 juta maka klaim yang harus dibayar BPJS Rp 480 juta. "Kalau upahnya Rp 1 juta dapatnya 48 juta," tuturnya.

Jumlah orang di pesawat Airbus A320-200 itu terdiri dari 155 penumpang dan 7 kru. Basarnas hingga hari ini telah menemukan 40 jasad korban.

Pihak maskapai AirAsia menyebut kru tujuan Surabaya-Singapura itu terdiri dari pilot Kapten Iriyanto, Kopilot Remi Emmanuel P, awak kabin Wanti Setiawati, Khairunnisa Haidar Fauzi, Oscar Desano, Wismoyo Ari Prambudi dan teknisi Saiful Rahmat. Jasad Khairunnisa sudah dimakamkan di Palembang dan Wismoyo di Klaten. 

MIMPI BURUK DAN PERATURAN BPJS YANG ANEH




pic.from: danbomurah.blogspot.com
pic.fromdanbomurah.blogspot.com
Malam itu hujan rintik-rintik. Angin berhembus dengan kencang. Cuaca memang sedang tidak bersahabat belakangan ini. Siang panas terik, malam angin kencang membawa hembusan dingin yang menusuk hingga tulang. Ini bukan penggalan lagu atau cerita, tapi pengalaman buruk saya di suatu malam.
Saya dengan pak suami membawa Mayra, si tengah saya, yang sedang demam. Sudah 3 hari dia demam, dan dari hasil cek darah di klinik dekat rumah 3 hari sebelumnya, dia positif tipes (saya nggak tahu cara nulis penyakit tipes ini, jadi saya tulis sesuai bacanya aja deh). Karena panasnya sudah 3 hari, saya paksa dia bawa ke rumah sakit.
Di satu rumah sakit di daerah Ciputat dengan inisial S.A., saya ke UGD. Penanganannya cukup cepat, dan dokter juga segera memeriksa May. Dari hasil lab 3 hari yang lalu, dokter langsung menyuruhnya dirawat. Saat itu dia khawatir karena trombositnya May 167rb. Saya pun ke bagian pendaftaran untuk mencari kamar. Di sana saya menyerahkan kartu BPJS, dan tak lama diberitahu bahwa kamar kelas 1 hingga kelas 3 untuk anak penuh.
Saya tanya, “kalau saya tidak pakai BPJS, ada kamar?” Karena saya pikir untuk BPJS dikasih kuota atau apa. Tapi susternya bilang kalau mereka tidak membedakan BPJS dengan yang biasa. Kalau ada kamar kosong pasti mereka akan berikan. Oke sip. Dan suster pendaftaran itu menyarankan untuk minta obat saja sama dokter buat malam ini, dan besoknya balik lagi, siapa tahu ada yang pulang.
Saya pun menyampaikan hal ini pada dokter. Tapi dokter bersikeras untuk memberi rujukan, karena alasannya trombositnya sudah sangat mepet ke batas normal (normalnya 150rb – 400an ribu gitu saya lupa) Saya pun bertanya rumah sakit mana yang menerima BPJS karena saya sama sekali belum pernah menggunakan kartu ini. Dokter tersebut menyebut RSUD Tangerang Selatan dan Fatmawati. Saya tanya RS yang dekat dengan rumah apakah menerima, ternyata ada yang menerima BPJS, ada juga yang tidak. Oh, masih begitu ya? Kirain kalau sudah wajib punya BPJS, semua rumah sakit akan bekerja sama, mau itu swasta atau yang premier sekali pun.
Anyway, singkat cerita saya ke RSUD, karena yang terdekat. Sampai di UGD sana, tanpa diperiksa (kami masih berdiri di depan pintu!) dan dokternya terlihat enggan, bilang kalau semua kamar penuh. OK. Dari pada dibahas soal attitude dokter RSUD yang memang sudah jempol turun, saya ceritakan saja bagaimana di tengah angin kencang dan gerimis itu kami harus mencari rumah sakit lain, dan akhirnya pilihan jatuh ke RS yang tidak begitu jauh dari rumah, kita sebut saja inisialnya B.B.H.
e-ID BPJS
e-ID BPJS
Sesampainya di UGD dengan membawa surat rujukan dan hasil test darah 3 hari yang lalu, dokter jaga (sekali lagi tanpa memeriksa anaknya) hanya melihat hasil lab tsb bilang kalau dia tidak melihat keharusan untuk dirawat. Karena dia lihat trombosit masih 167rb.
“Panasnya sejak kapan?” tanyanya.
“Kamis malam.” Dan itu sudah hari Minggu.
Dia hitung-hitung. “Oh, baru 3 hari ya?”
Baru? BARU? Dia bilang 3 hari panas itu BARU? Terus terang saya emosi, tapi saya coba tahan. Bisa bayangkan jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, dan tanpa periksa sama sekali, dokter itu bilang seperti itu.
“Saya tidak masalah kalau memang anak saya harus pulang.” Saya bicara dengan nada rendah. Asli mau nangis! “Tapi saya minta tolong untuk dicek lagi saja darahnya, karena itu hasil lab hari Jumat.”
Baru deh si dokter lihat tanggal di kertas hasil lab. “Oh, ini test hari Jumat ya?”
*PLAK!* Rasanya dia yang kuliah kedokteran ya? Saya kan cuma pustakawan yang bloon soal medik.
Akhirnya May diambil darah lagi, dan hasilnya trombosit 110rb. See? SEE? Kalau saya nggak ngotot, apalah jadinya? Tapi saya diam aja. Saya biarkan dokter itu bicara. Dan bukannya nyuruh buru-buru ke pendaftaran untuk cari kamar, beliau, dokter yang terhormat ini, bilang begini:
“Ibu pulang saja dulu, besok ke sini lagi. Dan kita cek lagi darahnya.”
HA? Saya melongo. M-mak-maksud si dokter apa ya? Saya masih belum bisa mencerna. Pulang? Sebego-begonya saya yang nggak punya ijazah kedokteran, saya tahu kalau trombosit udah dibawah batas normal itu artinya udah nggak normal!
“Maksud dokter?” Saya kasih kesempatan dia buat njelasin pernyataan (maaf) bloonnya barusan.
“Iya, ibu mau pakai BPJS kan? Kalau pake BPJS, trombosit harus di bawah 100.”
WHAT THE #@$%^&*!!!
“Jadi tunggu anak saya kritis dulu, baru ditangani, begitu?” Saya sudah emosi. Sakit jiwa kali ya? Peraturan sampah macam apa ini? Saya udah bayar kartu itu sejak beberapa bulan yang lalu, tapi nggak bisa dipakai karena peraturannya sampah!
“Ibu, bukan kami yang membuat peraturan.”
Oke, OKE! Bukan mereka yang buat peraturan. Tarik napassss… Keluariiiinnn… Tarik lagi…. ISTIGHFAR.
“Saya nggak pakai BPJS, tolong tangani anak saya.”
Baru deh, setelah saya keluarkan pernyataan itu, ada tindakan dari mereka.
Boneka-danbo-patah-hati
pic.fromdanbomurah.blogspot.com
So, kita wajib nih bikin kartu BPJS, tapi peraturan yang dibuat benar-benar nggak masuk akal saya sebagai seorang ibu yang panik, dan sedih anaknya sakit. Bahkan di UGD rumah sakit pertama yang saya datangi, saya baca peraturan emergency yang bisa menggunakan kartu BPJS, di antaranya adalah jika panas badan sudah 39 derajat. Oh my! Padahal May panasnya gak sampe 39 udah tipes, gimana kalau harus nunggu 39 dulu baru dibawa karena ingin pakai BPJS? Bagus kalau masih sempat ditangani, kalau keburu ‘lewat’? Naudzubillah…
Sebenarnya saya sangat mendukung lho program BPJS ini, buktinya saya langsung membuatkan untuk keluarga saya. Cuma yang bayi aja belum nih, karena belum sempat. Tapi sekarang saya jadi galau. Satu sisi semua orang wajib pakai BPJS, tapi kalau peraturannya harus nunggu panas 39 dan trombosit di bawah 100, dan mungkin banyak peraturan lain yang tidak tersosialisasikan dengan jelas, gimana saya nggak merasa rugi bayar? Mending uangnya saya tabung untuk uang kesehatan sendiri aja. Atau pakai asuransi swasta saja yang jelas manfaatnya.

sumber: link

Senin, 05 Januari 2015

Selain AirAsia, Allianz Juga Tanggung Asuransi Dua Pesawat Malaysia Airllines

Angga Aliya - detikfinance

Rabu, 31/12/2014 11:44 WIB

//images.detik.com/content/2014/12/31/4/114656_airasia46.jpgFoto: Reuters
Jakarta -Allianz merupakan penanggung utama dari insiden pesawat AirAsia QZ8501. Perusahaan asuransi asal Jerman itu juga tahun ini sudah menanggung klaim dua pesawat Malaysia Airlines.

Dua pesawat itu adalah MH370 yang hilang di Samudera Hindia Maret silam, dan MH170 yang ditembak jatuh saat terbang di wilayah udara Ukraina pada Juli.

Dengan demikian, kecelakaan pesawat AirAsia ini merupakan insiden terbesar ketiga yang ditanggung Allianz. Salah satu perusahaan asuransi terkemuka sudah menyatakan siap untuk membayar klaim pesawat dan penumpang yang jadi korban.

"Masih terlalu dini untuk berkomentar atas insiden ini. Kami berduka dan tetap mendoakan untuk semua pihak yang terkena imbas dari kecelakaan ini," kata Allianz dalam keterangan tertulis yang dikutip Reuters, Rabu (31/12/2014).

Klaim untuk pesawat diperkirakan sebesar US$ 94 juta. Sementara masing-masing penumpang yang jadi korban, keluarganya dapat santunan US$ 165.000 atau sekitar Rp 2 miliar.

Tim SAR Gabungan hari ini masih melakukan evakuasi jenazah para korban setelah lokasi diduga jatuhnya pesawat sudah diketahui. Cuaca buruk tadi pagi sedikit menghambat proses evakuasi.

Sampai saat ini sudah ada enam jenazah yang berhasil dievakuasi ke KRI Bung Tomo. Jenazah akan dibawa ke Pangkalan Bun sebelum diterbangkan ke Surabaya.

AIRASIA HILANG: Asuransi Allianz Bakal Tanggung AirAsia QZ8501



Bisnis.com, HONGKONG - Korporasi asuransi asal Jerman, Allianz, dipastikan menjadi penanggung dalam kecelakaan pesawat Airbus A320-200 AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 yang hilang di perairan Belitung.

“Kami bisa mengkonfirmasi bahwa Allianz Global Corporate & Specialty UK adalah reasuradur utama bagi rangka pesawat dan asuransi kewajiban ,” kata juru bicara Allianz dalam keterangannya kepada Reuters, Senin (29/12/2014).

Pihak Allianz menolak untuk memberi pernyataan mengenai jumlah eksposur (risiko kerugian) terkait pesawat jurusan Surabaya-Singapura berpenumpang 162 orang yang diketahui hilang pada Minggu (28/12) tersebut.

“Terlalu dini untuk berkomentar mengenai kecelakaan pada tahap ini, kecuali mengatakan perhatian dan belasungkawa terhadap mereka yang terkena dampak dari hilangnya penerbangan ini,” kata Allianz.

Kantor berita Reuters sendiri menghitung pembayaran paling sedikit untuk menjamin kecelakaan ini mencapai sekitar US$100 juta (sekitar Rp1,2 triliun). Allianz dan perusahaan yang menjalin kerja sama koasuransi akan membayar tagihan untuk biaya hilangnya AirAsia dan pembayaran kepada keluarga penumpang.

Harga Airbus 320 sendiri diperkirakan mencapai US$94 juta serta taksiran kewajiban terhadap penumpang (passenger liability) diperkirakan mencapai US$27 juta untuk 162 penumpang (per orang diperkirakan $165.000).

Reuters mengutip satu laporan dari Allianz yang menjelaskan bahwa kecelakaan pesawat tercatat menjadi empat dari 10 teratas klaim asuransi utama yang tidak terkait dengan bencana alam sejak Januari-Agustus 2014.

Sementara itu, perusahaan pialang asuransi yang bekerjasama dengan AirAsia adalah JLT (Jardine Lloyd Thompson) Group yang berbasis di Inggris.