Senin, 20 Oktober 2014

Allianz Life Indonesia Cetak Laba Rp363,9 Miliar


Selama 2011, Allianz Life Indonesia mencetak laba sebelum pajak Rp363,9 miliar. Sementara untuk premi, meningkat 44,5% menjadi Rp6,78 triliun. Paulus Yoga
Jakarta–Allianz Life Indonesia mencatat perolehan laba sebelum pajak sebesar Rp363,9 miliar selama 2011, meningkat 22,8% dibanding perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp296,16 miliar.
Presiden Direktur Allianz Life Indonesia Joachim Wessling mengatakan, untuk pendapatan premi bruto atau gross written premium (GWP) selama 2011 tercatat sebesar Rp6,78 triliun, naik 44,5% dibanding pada 2010 sebesar Rp4,69 triliun.
“Pertumbuhan ini terjadi berkat adanya peningkatan premi yang signifikan di group life dan savings, yaitu sebesar 89,8% menjadi Rp2,6 triliun, dari Rp1,37 triliun,” tukasnya kepada wartawan di Allianz Tower, Jakarta, Rabu, 11 April 2012.
Sementara untuk bisnis asuransi jiwa individu, lanjutnya, mengalami peningkatan sebesar 28,2% menjadi Rp3,75 triliun dari Rp2,92 triliun. Sedangkan untuk bisnis asuransi kesehatan (health) tumbuh 7,4% dari Rp393 miliar menjadi Rp422 triliun.
“Untuk bisnis health ini kita sebenarnya kita tidak terlalu optimis, tapi mampu tumbuh. Nah ke depan kita harap bisa tumbuh double digit,” tandasnya.
Dari sisi aset atau dana kelolaan, Allianz Life Indonesia mencatat sebesar Rp14,83 triliun di akhir tahun 2011, naik 36,3% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp10,88 triliun.
“Pembayaran klaim dan manfaat sebesar Rp2,66 triliun di tahun 2011. Ini menunjukkan komitmen Allianz yang kuat dalam memenuhi janji memberikan proteksi bagi nasabahnya,” tutup Joachim. (*)

Allianz Indonesia menggelar kompetisi menulis dan foto bagi para pewarta berita yang disebut Allianz Journalist Competition 2013

Produk SmartLegacy ini termasuk ke dalam golongan produk tradisional. Artinya, produk ini tidak transparan investasinya seperti di produk unit link pada umumnya. Ada nilai tambah yang dimiliki produk SmartLegacy. Angga Bratadharma
Jakarta–Allianz Life Indonesia menargetkan perolehan premi dari produk SmartLegacy sebanyak USD100 juta hingga akhir 2013. Perolehan tersebut optimis karena melihat potensi produk masih besar ditambah menggandeng Standar Chartered Bank Indonesia untuk pemasaran produknya.
Wakil Direktur Utama Allianz Life Indonesia Handojo Kusuma mengatakan, produk SmartLegacy ini termasuk ke dalam golongan produk tradisional. Artinya, produk ini tidak transparan investasinya seperti di produk unit linkpada umumnya. Ada nilai tambah yang dimiliki produk SmartLegacy dibandingkan dengan produk unit link.
“Ini tidak seperti unit link. Disini nasabah tahu kalau nasabah dijamin dengan hasil return yang baik. Memang tidak setransparan seperti unit link. Selain itu, tidak ada fluktuatif juga seperti yang ada di unit link. Disini kepastianya jelas dan flutkuatifnya lebih stabil”, jelas Handojo, saat press conferenceSmartLegacy, di Jakarta, Selasa, 19 Maret 2013.
Handojo mengaku optimis produk ini bisa diterima baik oleh masyarakat, termasuk nasabah Standard Chartered Bank Indonesia dan nasabah Allianz Life Indonesia. Selain itu, diyakini juga produk ini bisa berkompetisi dengan produk-produk lain yang sudah beredar sekarang ini.
“Untuk target kita confident. Apalagi pasar untuk produk ini sangat luas. Nasabah prioritas juga cukup besar. Jadi, kita confident akhir tahun ini dengan progres seperti itu. Saya tidak bilang ini sebagai target ya. Tapi, dengan potensi yang ada itu minimal USD100 juta hingga akhir tahun ada sepertinya”, kata Handojo. (*)

Allianz Jakarta Heart Run 10K 2012

Untuk memperingati World Heart Day di Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia kembali mengadakan acara lari jarak jauh sepanjang 10 km, 5 km dan jalan sehat, dengan nama Allianz Jakarta Heart Run 10K 2012. Acara ini akan diselenggarakan pada hari Minggu, 4 November 2012, bertempat di Lapangan Monas Barat Daya, Jakarta. (Zitni Hasan)

Allianz Indonesia Kantongi Premi 2012 Sebesar Rp8,84 Triliun


Allianz Indonesia; Disipin underwriting. (Foto: Budi Urtadi)

Jumlah tersebut sikontribusikan paling besar dari bisnis asuransi jiwa hingga Rp8,3 triliun. Bagaimana dengan bisnis asuransi umumnya?Dwitya Putra
Jakarta–Allianz Indonesia mencatat pendapatan premi bruto selama 2012 sebesar Rp8,84 triliun atau tumbuh 18% bila dibandingkan premi tahun sebelumnya sebesar Rp7,48 triliun. Sementara dari sisi aset, hingga 2012, total bisnis asuransi jiwa dan umum mencapai lebih dari Rp20,94 triliun atau meningkat dibanding pada 2011.
“Hasil ini diperoleh berkat dukungan kepercayaann tinggi dari nasabah kami,” kata Country Manager dan Presiden Direktur Allianz Life Indonesia, Joachim Wessling, dalam acara pemaparan kinerja Allianz, di Jakarta, Selasa, 16 April 2013.
Adapun pendapatan premi tersebut, lanjut Wessling, mayoritas masih dikontribusikan dari bisnis asuransi jiwa, yakni Allianz Life Indonesia yang berhasil membukukan premi sebesar Rp8,3 triliun atau tumbuh sebesar 23% dari tahun 2011 sebesar Rp6,8 triliun.
Hasil ini juga mendorong jumlah klaim yang dibayarkan kepada nasabah sebesar Rp4,07 triliun atau meningkat 53% dibanding tahun 2011 sebesar Rp2,66 triliun.
Sedangkan untuk bisnis asuransi umum, Allianz Utama mencatatkan total premi sebesar Rp524,05 miliar atau turun 25% dibandingkan dengan periode sama pada 2011.
Penurunan ini merupakan pengaruh dari penegakak disiplin praktekunderwriting di dalam perusahaan, yang sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir.
“Sejauh ini strateg kami untuk menegakkan disiplin underwriting dan penyeleksian risiko serta memperbesar fokus bisnis segmen ritel,” tambah Presiden Direktur Allianz Utama, Daniel Neo ditempat yang sama. (*)

Jadikan Produk Asuransi Sebagai “Gaya Hidup”


Counter Asuransi; Paradigma baru. (Foto: Budi Urtadi)

Untuk memperbesar pangsa pasar industri asuransi di Indonesia diperlukan cara agar produk asuransi bisa lebih tepat guna kepada masyarakat menengah bawah. Setidaknya perlu dibangun paradigma baru. Angga Bratadharma
Jakarta–Untuk memperbesar pangsa pasar industri asuransi diperlukan sejumlah langkah populis dan tepat sasaran. Diantara yang bisa dilakukan adalah perlunya membangun paradigma berpikir kepada masyarakat kalangan menengah ke bawah dengan merubah pola pikir akan produk asuransi sebagai gaya hidup yang diperlukan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Andi Timo Pangerang mengatakan, untuk memperbesar pangsa pasar industri asuransi di Indonesia diperlukan langkah-langkah agar produk-produk asuransi bisa lebih tepat guna kepada masyarakat menengah ke bawah. Hal ini dirasa penting mengingat dominasi nasabah dari industri asuransi berada di masyarakat kelas menengah dan menengah atas.
“Saya rasa ini perlu agar bagaimana asuransi itu tidak hanya mengarah kepada menengah ke atas saja, namun juga bisa bawah. Hal ini dirasa perlu ada pemikiran bersama agar memang kalangan menengah ke bawah bisa menikmati dan mengakses asuransi”, ujar Timo, kepada Infobanknews.com, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis, 30 Mei 2013.
Menurut Timo, produk-produk asuransi sekarang belum bisa menjadi gaya hidup yang dirasa perlu oleh masyarakat kalangan menengah bawah. Hal ini seakan menggambarkan produk asuransi hanya mampu dimiliki oleh masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan berlebih. Karenanya, produk asuransi perlu dikemas semenarik mungkin dan disesuaikan dengan kapasitas serta keinginan masyarakat kalangan menengah bawah.
“Kalau masyarakat kelas menengah atas mungkin asuransi sudah menjadi salah satu gaya hidup mereka. Namun, untuk masyarakat kalangan menengah bawah belum. Apalagi, pangsa pasar asuransi di Indonesia masih sangat kecill. Kalau tidak salah dibawah 5%”, tutur Timo.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Firdaus Djaelani mengatakan, untuk memperbesar pangsa pasar industri asuransi di Indonesia, maka salah satu langkah dari OJK adalah mendorong penjualan asuransi mikro kepada masyarakat kalangan menengah bawah.
“OJK juga akan menysusun blue print asuransi mikro dan diharapkan akhir tahun ini selesai. Belajar dari negara yang telah sukses menjalankan program asuransi mikro masalah terpenting dalam asuransi mikro adalah pendistribusian produk”, ujar Firdaus.
Selain membangun kesadaran akan gaya hidup berasuransi dikalangan masyarakat menengah ke bawah, langkah pelaku industri asuransi dalam menjual asuransi mikro juga memegang peranan penting dan diharapkan menjadi diantara usaha dan upaya bersama dalam memperbesar pangsa pasar industri asuransi di Indonesia.
Bisnis asuransi mikro PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz), misalnya, sampai akhir 2012 mencatat total Pendapatan Premi Bruto (GWP) sebesar Rp63,12 miliar atau tumbuh 40% bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2011 yaitu Rp 44,95 milliar.
Pertumbuhan GWP asuransi mikro disebabkan oleh pertumbuhan jumlah tertanggung yang telah mencapai 1.398.607 tertanggung, meningkat 121% dibandingkan pada 2011, yaitu 633.311 tertanggung. Meski berkembang, namun diakui produk asuransi mikro bagi Allianz tidak bertujuan komersil.
“Mikro buat kita adalah investment. Jadi, kalau dari bawah kita sudah bantu mereka, mereka akan kenal kita, nanti kalau naik kelas mereka sudah kenal,” ujar  Wakil Direktur Utama Allianz Life Indonesia Handojo Kusuma. (*)

Jawara Rating 123 Asuransi versi Infobank

Perusahaan asuransi baik jiwa maupun umum mampu mempertahankan pertumbuhan bisnis dan mempertahankan rasio-rasio di atas standar regulasi maupun industri. Angga Bratadharma
Jakarta–Rating 123 Asuransi versi Infobank 2013 menunjukkan bahwa lebih dari separuh perusahaan asuransi berkinerja sangat sehat dan berhasil meraih predikat “Sangat Bagus”. Bahkan, Asuransi Jiwa Mega Life mendapat predikat “Sangat Bagus” untuk perusahaan asuransi jiwa dengan premi bruto Rp1 triliun ke atas.
Chief of Research Biro Riset Infobank (BirI) Ateng Anwar Darmawijaya mengatakan, perusahaan-perusahaan asuransi baik jiwa maupun umum sekarang ini telah mampu mempertahankan pertumbuhan bisnis dan mempertahankan rasio-rasio di atas standar regulasi maupun industri dan mencatat skor penilaian minimum 81% diberi predikat “sangat bagus”.
“Dalam Rating 123 Asuransi versi InfoBank 2013, Biro Riset InfoBank melakukan pendekatan terhadap laporan keuangan publikasi”, kata Ateng, saat press conference “Rating 123 Asuransi Versi Infobank 2013, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa, 2 Juli 2013.
Ateng mencontohkan, pendekatan terhadap laporan keuangan publikasi misalnya untuk perusahaan asuransi jiwa di Indonesia dengan 10 kriteria, yaitu RBC, rasio likuiditas, dana jaminan/cadangan teknis, investasi/cadangan teknis plus utang klaim, aktiva tetap/modal sendiri, pendapatan investasi netto/rata-rata investasi, rasio beban klaim neto/pendapatan premi neto, rasio laba dengan rata-rata modal sendiri.
Dengan rasio tersebut, perusahaan asuransi jiwa yang mendapat predikat “Sangat Bagus” dengan premi bruto Rp1 triliun ke atas, yakni lima teratas adalah, pertama, Asuransi Jiwa Mega Life. Kedua, Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera. Ketiga, Commonwealth Life. Keempat, Asuransi Allianz Life. Kelima,Prudential Life Assurance.
Sedangkan perusahaan asuransi jiwa dengan premi bruto Rp200 miliar sampai dengan di bawah Rp1 triliun, yang berpredikat “Sangat Bagus” hanya ada tiga, yaitu pertama, Heksa Eka Life Insurance. Kedua, Asuransi Cigna.Ketiga, Equity Life Indonesia.
Sementara itu, perusahaan asuransi jiwa yang premi brutonya di bawah Rp200 miliar dan mendapat predikat “Sangat Bagus”, hanya ada dua, yaitupertama, Asuransi Jiwa Kresna. Kedua, Asuransi Jiwa Recapital.
Lebih dari itu, dalam Rating 123 Asuransi versi Infobank 2013, dengan 10 kriteria penilaian, untuk kelas perusahaan asuransi umum dengan premi Rp500 miliar ke atas dan berpredikat “Sangat Bagus” lima teratas adalah,pertama, Asuransi Bangun Askrida. Kedua, Raksa Pratikara. Ketiga,Jasaraharja Putera. Keempat, Asuransi Adira Dinamika. Kelima, Asuransi Indrapura.
Sedangkan perusahaan asuransi umum dengan premi bruto Rp100 miliar sampai dengan di bawah Rp500 miliar dan berpredikat “Sangat Bagus”, lima teratas adalah pertama, Pan Pacific Insurance. Kedua, Central Sejahtera Insurance. Ketiga, Asuransi Tri Pakarta. Keempat, Citra International Underwriters. Kelima, Asuransi Multi Artha Guna.
Sementara itu, perusahaan asuransi umum dengan premi bruto di bawah Rp100 miliar dan berpredikat sangat bagus, lima teratas adalah pertama,Asuransi Raya. Kedua, Asuransi Umum Videi. Ketiga, Asuransi Eka LIoyd Jaya.Keempat, BESS Insurance. Kelima, Arthagraha General Insurance.
Dalam Rating 123 Asuransi versi Infobank 2013, ada tiga perusahaan asuransi yang berpredikat Tidak Bagus, dan ada 4 perusahaan tidak ikut dirating karena status mutual dan ada yang laporan keuangannya tidak lengkap dan dua di antaranya berstatus PKU. (*)

Prudential Versus Premi Tradisional


Pangsa premi 10 perusahaan asuransi jiwa meningkat. Prudential Life berlari cepat dan kian sulit dijangkau kompetitornya. Namun, jika premi unit link-nya dipisah sebagai investasi, premi asuransi Prudential Life mengempis. Karnoto Mohamad
PRAKTISI perasuransian adalah salah satu pelaku usaha yang selalu optimistis di segala cuaca. Ketika krisis dan investasinya dihantam kehancuran bursa saham, mereka masih berani bicara meyakinkan publik, apalagi ketika kondisi makro kondusif seperti saat ini. Tak heran, ketika sejumlah pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengumumkan pencapaian kinerja anggotanya pada 2012, mereka terlihat semringah berbicara di depan wartawan. Padahal, pertumbuhan premi asuransi jiwa pada 2012 hanya 14,39%, masih kalah dibandingkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang sebesar 15,80%.
Bahkan, sebagian perusahaan asuransi jiwa penguasa pasar tumbuh lebih lambat daripada pertumbuhan industrinya. Menurut Biro Riset Infobank (birI), gabungan 10 besar penguasa premi asuransi jiwa hanya mencatat pertumbuhan premi bruto 13,69% tahun lalu. Yang pantas untuk tersenyum lebar adalah perusahaan patungan (joint venture), yang umumnya mencatat pertumbuhan premi signifikan.
Prudential Life Assurance yang mencetak pertumbuhan hampir 30% kian memperkuat posisinya sebagai market leader sekaligus merepresentasikan hegemoni pemain patungan yang membombardir pasar dengan produk asuransi berbasis investasi dan membuat pemain lokal terengah-engah. Pemain lokal pun ikut berpikir pragmatis dengan ikut menawarkan unit link untuk menghadapi kompetisi. Sebut saja Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera yang tahun lalu ikut merilis unit link.
Memang, tak dimungkiri, kesadaran berasuransi masyarakat masih rendah. Ketimbang bekerja keras untuk mengedukasi masyarakat agar sadar proteksi, para penguasa asuransi jiwa lebih memilih jalan praktis untuk melakukan penetrasi pasar dengan produk berbasis investasi. Padahal, pasar asuransi tradisional sesungguhnya sangat besar. Dan, seiring dengan pertumbuhan pendapatan masyarakat, kebutuhan masyarakat untuk memproteksi jiwa maupun harta akan tumbuh.
Tahun lalu saja pertumbuhan premi asuransi tradisional lebih kencang daripada pertumbuhan premi unit link. Dari total pendapatan premi sebesar Rp107,73 triliun, porsi unit link turun menjadi 45% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang lebih dari 50%. Tahun ini, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menembus angka di atas 5.000 dan ikut mempercantik unit link, terutama yang berbasis saham dan premi lanjutan, unit link berpotensi kian membesar.
Kondisi itu semakin menggairahkan para penguasa pasar asuransi jiwa yang lebih berambisi meningkatkan pangsa pasar ketimbang menggiring masyarakat untuk memproteksi diri dan keluarganya dengan produk asuransi. Padahal, jika premi yang mengandung unsur investasi dilepas dari brankas premi, banyak penguasa pasar yang preminya langsung kempis.
Sebut saja Prudential yang pendapatan preminya Rp19,29 triliun dengan porsi premi yang mengandung investasi mencapai Rp17,79 triliun. Katakanlah dari Rp17,79 triliun itu masih mengandung unsur premi proteksi sebesar 25%, maka premi asuransi murni Prudential hanya sekitar Rp6 triliun.
Gairah para penguasa asuransi jiwa untuk berkompetisi dan mempertebal pangsa pasar seharusnya diiringi dengan semangat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berasuransi. Perusahaan asuransi harus kembali menonjolkan dirinya sebagai sarana untuk memitigasi risiko, bukan lembaga untuk berinvestasi, apalagi berspekulasi. Lagi pula, pasar asuransi masih sangat lebar. Sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat dan munculnya kelas menengah baru, kebutuhan masyarakat untuk memproteksi diri akan meningkat karena risiko-risiko kehidupan di masa depan terus bermunculan. (*)
Adu Balap Premi Asuransi Jiwa
No.Asuransi20122011^
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Prudential Life Insurance
Asuransi Jiwa Sinarmas
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
Allianz Life Indonesia
Indolife Pensiontama
Asuransi Jiwa Mega Life
Asuransi Jiwasraya
AXA Mandiri Financial Service
Asuransi Bumiputera
AIA Financial
TOTAL 10 ASURANSI JIWA
PANGSA
INDUSTRI ASURANSI JIWA

19,29
10,54
8,43
8,32
6,28
5,87
5,71
5,67
5,49
5,09
80,69
74,89%
107,74

14,84
12,49
7,12
6,78
5,48
5,21
4,76
4,85
5,07
4,34
70,97
73,54%
94,19

29,99%
-15,61%
18,40%
22,71%
15,60%
12,67%
19,96%
19,12%
8,28%
17,28%
13,69%

14,38%
Keterangan:
^: Pertumbuhan
Sumber: Biro Riset Infobank (BirI)

Allianz Life dan HSBC Rilis “College Care”


Counter Allianz; Manfaat dana tunai. (Foto: Budi Urtadi)

Dengan produk ini nasabah mulai menerima manfaat dana tunai mulai dari tahun polis yang dipilih dan akan terus dibayarkan secara berkala setiap tahun hingga tahun ke tujuh dari usia polis yang dipilih. Dwitya Putra
Jakarta–PT Asuransi Allianz Life Indonesia dan HSBC meluncurkan produk asuransi tradisional pendidikan ekslusif, College Care. Produk ini dipasarkan pertama kali untuk nasabah HSBC sebagai bentuk kerja sama kedua perusahaan sejak awal tahun ini.
Wakil Direktur Utama Allianz Life Indonesia Handojo Kusuma menuturkan, produk ini akan memberikan manfaat pasti dana pendidikan anak di masa depan. Produk asuransi jiwa dwiguna (endowment) ini dilengkapi fasilitas jangka waktu pembayaran premi dalam lima, sepuluh, dan lima belas tahun.
“Nasabah juga bisa menyesuaikan kapan pertama kali dana tunai ingin diterima berdasarkan pilihan yang ada,” kata Handojo, di Jakarta, Selasa, 12 November 2013.
Dalam produk College Care, nasabah mulai menerima manfaat dana tunai mulai dari tahun polis yang dipilih dan akan terus dibayarkan secara berkala setiap tahun hingga tahun ke tujuh dari usia polis yang dipilih.
Jumlah dana tunai yang dibayarkan mencapai 255% dari jumlah uang pertanggungan. “Produk ini juga memberikan perlindungan sampai usia 85 tahun atau masa polis berakhir. Serta tidak memerlukan pemeriksaan kesehatan dan pembayaran premi bisa dilakukan dari auto debit secara otomatis,” ujarnya.
Ia menambahka,n masyarakat harus menyadari adanya kenaikan biaya pendidikan setiap tahun di atas tingkat inflasi. Selain itu, terdapat juga risiko fluktuasi iklim investasi selama kita mengumpulkan dana tersebut. Adanya produk ini dianggap dapat melindungi dari dua risiko tersebut. (*)

BTPN dan Allianz Life Kerja Sama Bancassurance


BTPN dan Allianz Life; Imbal hasil maksimal. (Foto: Dok. BTPN)

Manfaat asuransi yang diberikan adalah perlindungan jiwa sampai dengan usia 100 tahun dengan Uang Pertanggungan sebesar 125% dari total premi tunggal yang dibayarkan. Rully Ferdian
Jakarta–PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) melakukan kerja sama bancassurance dengan PT Allianz Life Indonesia. Melalui kemitraan ini, BTPN akan memasarkan produk investasi berbalut proteksi (unitlink) Guardia Premium dan Guardia Investa pada seluruh  kantor cabang BTPN Sinaya.
Penandatanganan kerja sama telah dilakukan oleh Wakil Direktur Utama BTPN Ongki W Dana dan Wakil Direktur Utama PT Asuransi Allianz Life Indonesia Handojo Kusuma, di Jakarta, Kamis, 17 Oktober 2013.
Dalam pemaparannya, Ongki menjelaskan, Guardia merupakan produk unitlink pertama yang dipasarkan BTPN Sinaya. Kehadiran Guardia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nasabah akan produk investasi yang memberikan imbal hasil maksimal dengan perlindungan yang optimal.
BTPN meyakini diversifikasi produk ini akan meningkatkan keunggulan kompetitif BTPN yang dapat meningkatkan loyalitas nasabah BTPN Sinaya. Produk Guardia ini melengkapi produk-produk BTPN Sinaya yang prima seperti Deposito dengan bunga optimal dan TASETO produk tabungan yang memberikan bunga setara deposito.
Bisnis pendanaan BTPN tidak hanya menawarkan tabungan dan deposito dengan tingkat pengembalian optimal, tetapi juga peluang untuk turut menciptakan kesempatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta Usaha Mikro dan kecil (UMK) untuk tumbuh dan menjadi lebih berarti. “Dana yang terhimpun melalui BTPN Sinaya seluruhnya disalurkan kepada masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro dan kecil dalam bentuk pinjaman,” ungkap Ongki.
Bagi Allianz Life, produk Guardia  hadir untuk menjawab kepercayaan yang diberikan BTPN guna menghadirkan produk yang dapat memberikan proteksi dan investasi yang optimal kepada nasabahnya. Manfaat yang ditawarkan antara lain manfaat perlindungan asuransi diberikan menyeluruh mencakup perlindungan jiwa  terhadap berbagai risiko dalam hidup.
Nasabah juga bisa memperoleh layanan evakuasi medis yang berlaku di seluruh dunia, sehingga akan memberikan keamanan dan kenyamanan yang lebih khususnya bagi mereka yang sering menghabiskan waktunya dengan bepergian ke berbagai tujuan baik di dalam maupun di luar negeri.
Guardia Premium merupakan produk asuransi jenis unit link dengan berbagai pilihan besarnya Uang Pertanggungan serta berbagai pilihan perlindungan tambahan (Rider), produk Guardia Premium memberikan perlindungan asuransi yang komprehensif. Manfaat investasi yang optimal dimana nasabah dapat langsung mendapatkan alokasi investasi di tahun pertama, bahkan dengan penambahan 10% sejak tahun ketiga, hal ini yang menjadi pembeda dengan rata-rata produk unit link lainnya dimana nasabah baru mendapatkan alokasi investasinya secara proporsional di atas tahun pertama.
Selain itu, nasabah dapat memilih berbagai jenis fund yang disediakan, di mana seluruh fund tersebut dikelola oleh manajer investasi yang profesional dan berorientasi pada investasi yang aman berdasarkan prinsip kehati-hatian. Salah satu fund yang dapat dipilih adalah fund Equity IndoAsia yang menempatkan dana investasinya di instrumen saham di Indonesia dan beberapa negara Asia seperti Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, Filipina, Singapura, Thailand dan Malaysia.
“Dengan pilihan jenis fund investasi yang variatif dan berkualitas nasabah akan memperoleh fleksibilitas dalam menentukan rencana investasi jangka panjang sesuai dengan profil risiko yang dimilikinya. Kami yakin dengan adanya produk ini, nasabah BTPN dapat memiliki pilihan untuk berinvestasi,” kata Handojo.
Sementara untuk produk Guardia Investa, sebuah produk asuransi jiwa unitlink dengan metode pembayaran premi tunggal (premi dibayarkan secara sekaligus di muka). Produk ini juga memberikan alokasi investasi secara penuh, ditambah 5,26% sejak tahun pertama. Manfaat asuransi yang diberikan adalah perlindungan jiwa sampai dengan usia 100 tahun dengan Uang Pertanggungan sebesar 125% dari total premi tunggal yang dibayarkan. Produk Guardia Investa diperuntukan bagi nasabah BTPN Sinaya yang bertujuan memaksimalkan investasi dengan premi sekali bayar. (*)

Gimmick Marketing Asuransi Kesehatan Kian Menarik


Standard Chartered dan AXA; Bisa dicicil. (Foto: Budi Urtadi)

Asuransi kesehatan dipasarkan dengan berbagai penawaran menarik. AXA General Insurance menawarkan cicilan premi. Sementara Sinarmas MSIG menawarkan pertanggungan khusus untuk wanita. Apriyani Kurniasih
Jakarta–Biaya kesehatan di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signfikan setiap tahunnya. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAUI), inflasi biaya kesehatan dalam empat tahun bisa mencapai sekitar 12%. Sepanjang 2012, total pengeluaran biaya kesehatan di Indonesia mencapai U$25 miliar. Pada 2013, angkanya diperkirakan mencapai U$29 miliar, dan 2014 diprediksi akan kembali naik menjadi U$32 miliar.
Potensi ini yang kemudian dilirik oleh perusahaan asuransi yang memasarkan produk asuransi kesehatan (Askes). Pasalnya, penetrasi asuransi kesehatan saat ini masih sangat rendah. Dari total pengelaran biaya kesehatan tersebut, yang sudah di-cover oleh asuransi swasta baru mencapai 13% saja, sementara yang dicover pemerintah mencapai 29%.
Kehadiran BPJS Kesehatan awal tahun ini untuk meng-cover biaya kesehatan pun tak lantas menutup peluang asuransi swasta. Tak kalah jeli, kini, beberapa perusahaan asuransi mulai membidik segmen menengah keatas dalam memasarkan produk asuransi kesehatannya. Dalam memasarkan asuransi kesehatan, perusahaan asuransi membungkusnya dengan berbagai gimmick marketing yang menarik.
AXA General Insurance, misalnya, menawarkan produk asuransi kesehatan Global Health Care kepada nasabah wealth Management Standard Chartered Bank. Kelebihan dari produk ini adalah, preminya bisa dicicil dengan bunga 0% dalam waktu 12 bulan. Tidak hanya itu, coverage dari Global Helath Care tidak hanya terbatas di Indonesia saja, tetapi juga di luar negeri.
“Banyak nasabah yang tidak hanya berobat ke Rumah Sakit, tetapi juga ke pengobatan alternatif atau herbal. Nah, umumnya, asuransi tidak meng-cover pengobatan herbal atau alternatif ini. di Global Health Care, itu di-cover,” terang Head of Bancassurance Welath Management Consumer Banking Standard Chartered Bank (Stanchart), Yulius Ardi, kepada Infobank di Jakarta, Senin, 7 April 2014.
Tak hanya Stanchart yang jeli membungkus asuransi kesehatannya dengan fitur-fitur yang menarik. Asuransi Sinarmas MSIG Life juga menerbitkan produk SMiLe Ladies yang ditujukan khusus untuk wanita. Produk ini memberikan pertanggungan beberapa penyakit yang sering di hadapi oleh wanita, seperti kanker serviks, dan kanker payudara.
Sebelumnya, perusahaan asuransi kesehatan juga telah menawarkan berbagai penambahan fitur layanan, seperti pertanggungan penyakit kritis. Hal itu telah dilakukan oleh Allianz Life Indonesia dan juga Prudential Life Assurance. Produk ini juga menyasar segmen menengah keatas.
Segmentasi ke kelas menengah atas makin mengukuhkan posisi perusahaan asuransi dalam memasarkan produk asuransi kesehatan. BPJS Kesehatan nantinya akan memberikan pertanggungan dasar biaya kesehatan. Melalui skema Cordination of Benefit, nantinya, perusahaan asuransi lagi-lagi diberikan ruang untuk memberikan layanan yang tak dimiliki BPJS Kesehatan melalui sistem indemnity maupun pelayanan VIP dan VVIP. Dengan kondisi ini, tentu kompetisi membdik segmen atas akan makin ketat. Kita tunggu sajagimmick marketing apa lagi yang akan muncul menyertai produk asuransi kesehatan. (*)

Allianz Siap Sesuaikan Tarif Referensi


Allianz RUN; Berikan pemahaman. (Foto: Zidni Hasan)

Kebijakan OJK mengenai tarif referensi pasti memiliki pengaruh terhadap persaingan di industri asuransi Indonesia. Allianz Utama Indonesia siap menyesuaikan diri dengan kebijakan tersebut. Angga Bratadharma
Jakarta–Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengeluarkan tarif referensi diperkirakan membuat persaingan di industri asuransi semakin ketat. Pasalnya, persaingan banting harga yang dilakukan akan sulit terjadi dan mau tidak mau perusahaan asuransi berlomba dari sisi produk dan pelayanan.
Presiden Direktur Allianz Utama Indonesia, Daniel Neo menyatakan, kebijakan OJK mengenai tarif referensi pasti memiliki pengaruh terhadap persaingan di industri asuransi. Pihaknya siap menyesuaikan diri dengan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh lembaga super body itu.
“Pengaruh sudah pasti ada. Masyarakat pasti juga akan menunda untuk membeli asuransi. Tapi, itu yang menjadi tantangan”, kata Daniel, kepada wartawan, di Jakarta, belum lama ini.
Menurutnya, tarif referensi akan menekan persaingan harga yang kian marak terjadi saat ini. Tarif referensi akan membangkitkan semangat pelaku asuransi untuk menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, termasuk peningkatan pelayanan.
Daniel mengaku, dalam rangka menyesuaikan dengan kebijakan OJK, maka Allianz Utama Indonesia siap melakukan edukasi kepada masyarakat terhadap benefit asuransi. Allianz Utama Indonesia berharap edukasi yang diberikan mampu meningkatkan pemahaman akan produk asuransi.
“Memang tarif tinggi tapi akan bermanfaat karena manfaat yang diberikan kepada masyarakat juga tinggi. Jadi, proses transisi itu harus diisi dengan edukasi”, pungkas Daniel. (*)

Allianz Life Syariah Bukukan Premi Rp623,6 Miliar


Counter Allianz; Masih perlu ditingkatkan. (Foto: Budi Urtadi)

Seluruh kanal distribusi telah memainkan peranan penting bagi pertumbuhan kinerja Allianz Life Syariah, meski tidak dipungkiri bahwa pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah masih perlu ditingkatkan. Angga Bratadharma
Jakarta–Allianz Life Syariah sepanjang 2013 lalu membukukan total pendapatan premi bruto sebesar Rp623,6 miliar atau naik 9,6% dari Rp569,2 miliar pada 2012. Selain itu, Allianz Life Syariah juga membayarkan klaim sebesar Rp54,4 miliar.
Chief Sharia & Corporate Communication Allianz Indonesia, Kiswati Soeryoko mengungkapkan, kontribusi terbesar pada pendapatan premi bruto berasal dari jalur distribusi keagenan sebesar 87%, yaitu Rp542 miliar.
“Sedangkan jalur distribusi bancassurance mengalami peningkatan sebesar 39% dari Rp47 miliar di tahun 2012 menjadi Rp65,2 miliar di tahun 2013″, kata Kiswati, dalam paparan kinerja keuangan Allianz Life Syariah 2013, di Bebek Bengil Resto, Jakarta, Rabu, 4 Juni 2014.
Menurutnya, seluruh kanal distribusi telah memainkan peranan penting bagi pertumbuhan kinerja Allianz Life Syariah, meski tidak dipungkiri bahwa pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah masih perlu ditingkatkan lagi di masa-masa yang akan datang.
“Salah satu upaya kami meningkatkan kualitas tenaga pemasaran adalah dengan melakukan peningkatan sertifikasi syariah kepada agen”, jelas Kiswati. (*)

Allians Life Syariah Daftarkan 800 Agen


Kantor AAUI; Perkuat jalur distribusi. (Foto: Erman)

Untuk meningkatkan kontribusi pendapatan premi kepada total premi yang dibukukan, maka Allianz Life Syariah fokus terhadap pengembangan keagenan. Angga Bratadharma
Jakarta–Allianz Life Syariah mengaku telah mendaftarkan sebanyak 800 agen kepada Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) terkait sertifikasi keagenan untuk asuransi syariah. Hal ini diharapkan mendorong peningkatan kontribusi premi.
Sharia Business Manager Allianz Life Syariah, Abdul Chalik mengungkapkan, untuk meningkatkan kontribusi pendapatan premi kepada total premi yang dibukukan, maka Allianz Life Syariah fokus terhadap pengembangan keagenan. Sejauh ini Allianz Life Syariah memiliki 16 ribu agen.
“Jumlah agen Allianz Life Syariah yang telah tersertifikasi sebanyak 7.258 agen, yang kami training secara internal lalu kami beri sertifikasi”, kata Abdul, dalam paparan kinerja keuangan Allianz Life Syariah tahun 2013, di Bebek Bengil Resto, Jakarta, Rabu, 4 Juni 2014.
Untuk mengoptimalkan pengembangan Allianz Life Syariah, Abdul mengaku akan mendaftarkan agen yang dimiliki untuk mendapatlan licensi agen asuransi syariah. Licensi itu didapatkan setelah para agen melalui berbagai macam test dari AAJI dan AASI.
“Jadi, nanti akan ada dua kartu. Tidak hanya AAJI saja tapi juga AASI. Angka 800 ribu itu sudah luar biasa karena untuk mendaftar saja susah. Sistemnyaonline. Jadi, harus mengantri”, jelas Abdul.
Lebih lanjut Abdul mengungkapkan bahwa Allianz Life Syariah berharap semua agen yang ada bisa tersertifikasi. Dorongan terhadap kontribusi premi diharapkan bisa terus mengalami kenaikan dari waktu ke waktu.
“Apakah kita fokus kepada keagenan? Jawabanya iya tentu saja. Karena, pertumbuhan keagenan ini organik dan bisa kita control dengan baik”, tandasnya. (*)

Kontribusi Allianz Life Syariah pada Induknya Baru 10%


Counter Allianz; Perubahan struktur komisi agen. (Foto: Budi Urtadi)

Tingginya kenaikan laba 2013 karena terjadi perubahan struktur kompensasi keagenan. Perubahan struktur tersebut menyebabkan biaya komisi lebih kecil. Angga Bratadharma
Jakarta–Allianz Life Syariah membukukan laba Rp26 miliar pada 2013, atau naik 460% bila dibandingkan laba periode yang sama pada 2012 yang sebesar Rp4 miliar. Kenaikan laba tersebut karena terjadi perubahan struktur kompensasi keagenan. Perubahan struktur tersebut menyebabkan biaya komisi lebih kecil bila dibandingkan pada 2012.
“Profit tersebut bisa tinggi karena cost mengalami penurunan. Cost turun itu merupakan faktor komisi yang mengalami penurunan”, kata Sharia Business Manager Allianz Life Syariah, Abdul Chalik, dalam paparan kinerja keuangan Allianz Life Syariah 2013, di Bebek Bengil Resto, Jakarta, Rabu, 4 Juni 2014.
Selain pertumbuhan dari sisi laba, Abdul menambahkan, Allianz Life Syariah juga membukukan kenaikan aset, yakni pada 2013 tercatat Rp311 miliar atau naik 40% bila dibandingkan periode yang sama pada 2012 sebesar Rp216 miliar.
“Kami percaya asuransi jiwa syariah dapat diterima seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Kami yakin akan bisa terus tumbuh seiring dengan masih besarnya potensi asuransi jiwa syariah di Indonesia”, tandas Abdul. (*)